Judith memulai dengan melacak internet protocol (IP) Address yang digunakan para pria yang mengaku bule kaya raya itu untuk merayu para korbannya. Hasilnya mencengangkan. 99 Persen IP Address itu berada di Malaysia.
"99 Persen dari Malaysia, hanya satu persen dari Nigeria," kata Judith saat berbincang dengan detikcom, Jumat (3/9/2010). Judith memiliki semua data-data tersebut.
Judith mengatakan penipuan dengan modus seperti itu mulai marak sejak tahun 2007. Hingga kini, korban-korban masih terus berjatuhan.
Judith mengatakan, para penipu ini sangat lihai menggunakan teknologi internet untuk melakukan penipuan. Salah satunya, gerombolan penipu yang diduga adalah orang-orang Nigeria, India, yang tinggal di Malaysia ini menggunakan telepon voice over internet protocol (Voip) agar sulit terlacak.
"Dengan teknologi ini, sangat sulit untuk dilacak, tapi bukan berarti tidak bisa ya," kata Judith.
Judith pun berharap, polisi tidak tinggal diam dengan masalah ini. Jika dibiarkan, penipuan dengan modus operandi seperti ini akan terus merajalela dan tidak akan pernah tersentuh hukum.
"Ini PR untuk para penegak hukum, bagaimana mereka bisa melacak kasus ini," kata Judith.
(ken/nrl)